Penelitian: Alam Semesta Lebih Tua dari Perkiraan Sebelumnya
Oleh: Irene Klotz | Reuters
Cape Canaveral, Florida (Reuters) - Penelitian saksama radiasi yang tersisa dari penciptaan alam semesta menunjukkan bahwa Dentuman Besar terjadi sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu, 100 juta tahun lebih awal dari perkiraan sebelumnya, demikian menurut para ilmuwan pada Kamis.
Temuan tersebut merupakan salah satu hasil pertama dari analisis data yang dikumpulkan oleh pesawat ruang angkasa Planck milik Badan Antariksa Eropa, yang memberikan tampilan paling detail untuk menentukan usia sisa-sisa radiasi gelombang mikro yang memenuhi alam semesta.
Radiasi peninggalan ini pertama kali terdeteksi pada 1964 dan kemudian ditemukan oleh dua pesawat ruang angkasa NASA - COBE, diluncurkan pada 1989, dan WMAP, yang diluncurkan dua tahun kemudian. Dengan sensitivitas yang lebih besar, Planck telah mencatat detail dari variasi temperatur kecil di balik gelombang mikro kosmik tersebut.
Fluktuasinya, yang hanya memiliki perbedaan sekitar 100-seperjuta derajat, mirip dengan daerah yang sedikit lebih padat, tempat yang kemudian melahirkan bintang-bintang dan galaksi yang mengisi alam semesta.
“Kita seolah-olah mengganti televisi biasa dengan televisi beresolusi tinggi. Detail baru dan penting tersebut semakin jelas,” kata Paul Hertz, direktur astrofisika NASA kepada reporter lewat telepon.
Secara keseluruhan, data baru tersebut sesuai dengan model yang ada tentang bagaimana alam semesta berevolusi, tetapi juga menimbulkan beberapa teka-teki baru.
“Variasi dari beberapa tempat di peta yang telah dibuat oleh Planck mengungkap hal baru tentang apa yang terjadi dalam 10 nano-nano-nano-nano detik setelah Dentuman Besar ketika alam mengembang 100 triliun, triliun kali lipat,” kata Charles Lawrence, ilmuwan proyek Planck dari Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California.
“Kita bisa melihat efek halus dari gravitasi yang menarik segala sesuatu yang ada di alam semesta.”
Dibandingkan dengan pengukuran terbaik sebelumnya, alam semesta ini sedikit lebih tua dan, secara mengejutkan, mengembang sedikit lebih lambat dari standar yang diakui saat ini.
Data Planck juga menunjukkan bahwa materi biasa - materi yang membentuk bintang, galaksi, planet dan segala sesuatu yang terlihat – hanya menempati 4,9 persen ruang di alam semesta.
Materi gelap, yang tidak berinteraksi dengan cahaya tetapi dapat dideteksi dari gaya tarik gravitasinya, mengisi 26,8 persen dari alam semesta, hampir seperlima lebih besar dari perkiraan sebelumnya.
Sisa dari alam semesta adalah energi gelap, sebuah energi misterius dan baru ditemukan yang menentang gravitasi dan bertanggung jawab untuk mempercepat tingkat ekspansi alam semesta. Hasil temuan dari Planck menunjukkan energi gelap membentuk 69 persen alam semesta, lebih sedikit dari perkiraan sebelumnya.
Penelitian tersebut merupakan hasil pertama dari Planck yang telah mengorbit selama 15 bulan. Informasi tambahan, termasuk detail tentang bagaimana ledakan awal alam semesta terpolarisasi, diperkirakan akan dipublikasikan tahun depan. (gf/ik)
Cape Canaveral, Florida (Reuters) - Penelitian saksama radiasi yang tersisa dari penciptaan alam semesta menunjukkan bahwa Dentuman Besar terjadi sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu, 100 juta tahun lebih awal dari perkiraan sebelumnya, demikian menurut para ilmuwan pada Kamis.
Temuan tersebut merupakan salah satu hasil pertama dari analisis data yang dikumpulkan oleh pesawat ruang angkasa Planck milik Badan Antariksa Eropa, yang memberikan tampilan paling detail untuk menentukan usia sisa-sisa radiasi gelombang mikro yang memenuhi alam semesta.
Radiasi peninggalan ini pertama kali terdeteksi pada 1964 dan kemudian ditemukan oleh dua pesawat ruang angkasa NASA - COBE, diluncurkan pada 1989, dan WMAP, yang diluncurkan dua tahun kemudian. Dengan sensitivitas yang lebih besar, Planck telah mencatat detail dari variasi temperatur kecil di balik gelombang mikro kosmik tersebut.
Fluktuasinya, yang hanya memiliki perbedaan sekitar 100-seperjuta derajat, mirip dengan daerah yang sedikit lebih padat, tempat yang kemudian melahirkan bintang-bintang dan galaksi yang mengisi alam semesta.
“Kita seolah-olah mengganti televisi biasa dengan televisi beresolusi tinggi. Detail baru dan penting tersebut semakin jelas,” kata Paul Hertz, direktur astrofisika NASA kepada reporter lewat telepon.
Secara keseluruhan, data baru tersebut sesuai dengan model yang ada tentang bagaimana alam semesta berevolusi, tetapi juga menimbulkan beberapa teka-teki baru.
“Variasi dari beberapa tempat di peta yang telah dibuat oleh Planck mengungkap hal baru tentang apa yang terjadi dalam 10 nano-nano-nano-nano detik setelah Dentuman Besar ketika alam mengembang 100 triliun, triliun kali lipat,” kata Charles Lawrence, ilmuwan proyek Planck dari Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California.
“Kita bisa melihat efek halus dari gravitasi yang menarik segala sesuatu yang ada di alam semesta.”
Dibandingkan dengan pengukuran terbaik sebelumnya, alam semesta ini sedikit lebih tua dan, secara mengejutkan, mengembang sedikit lebih lambat dari standar yang diakui saat ini.
Data Planck juga menunjukkan bahwa materi biasa - materi yang membentuk bintang, galaksi, planet dan segala sesuatu yang terlihat – hanya menempati 4,9 persen ruang di alam semesta.
Materi gelap, yang tidak berinteraksi dengan cahaya tetapi dapat dideteksi dari gaya tarik gravitasinya, mengisi 26,8 persen dari alam semesta, hampir seperlima lebih besar dari perkiraan sebelumnya.
Sisa dari alam semesta adalah energi gelap, sebuah energi misterius dan baru ditemukan yang menentang gravitasi dan bertanggung jawab untuk mempercepat tingkat ekspansi alam semesta. Hasil temuan dari Planck menunjukkan energi gelap membentuk 69 persen alam semesta, lebih sedikit dari perkiraan sebelumnya.
Penelitian tersebut merupakan hasil pertama dari Planck yang telah mengorbit selama 15 bulan. Informasi tambahan, termasuk detail tentang bagaimana ledakan awal alam semesta terpolarisasi, diperkirakan akan dipublikasikan tahun depan. (gf/ik)
Previous article
Next article
Belum ada Komentar
Posting Komentar