Kisah Klasik
Mobil Milik Pribumi Indonesia Pertama
Pada tahun 1894, Pakubuwono X membeli sebuah mobil dengan merek Mercedes-Benz Victoria Phaeton yang didatangkan langsung dari Jerman. Dilansir dari Liputan6.com pada Rabu (22/3/2017), Raja Solo itu membeli Victoria Phaeton dengan harga 10 ribu gulden.
Namun untuk mendapatkan pesanannya, Pakubuwono X harus menunggu kedatangan mobil itu sampai satu tahun lamanya. Setelah mobil itu datang, Pakubuwono X menjadi pemilik mobil pertama di Indonesia karena waktu itu kendaraan para ningrat pada umumnya masih ditarik kereta kuda.
Secara sekilas, Benz Victoria Phaeton tampak mirip dengan kereta kuda. Beberapa sisi dari bagian bodinya masih terbuat dari kayu. Selain itu bagian bannya semuanya terdiri dari karet tanpa perlu diisi angin.
Walaupun sekilas mirip kereta kuda, namun Benz Victoria Phaeton bisa bergerak tanpa ditarik kuda. Mobil yang butuh sebanyak 10 liter bensin untuk 100 km perjalanan itu memiliki daya hingga lima tenaga kuda.
Pada tahun 1924, Belanda meminjam mobil milik Pakubuwono X itu untuk dipamerkan pada sebuah acara pameran mobil RAI. Namun setelah kedatangan Jepang, Belanda tidak pernah lagi membawa pulang Benz Victoria Phaeton.
Setelah puluhan tahun menghilang, mobil itu diketahui berada di sebuah museum di Den Haag, Belanda. Namun tidak diketahui pasti apakah mobil yang dipajang di sana merupakan mobil yang dulunya milik Pakubuwono X atau bukan.
Keberadaan Benz Victoria Phaeton yang dibeli Pakubuwono X membuat para golongan elit di Indonesia pada berbondong-bondong membeli mobil. Pada tahun 1907, salah satu anggota Kesultanan Surakarta, Kanjeng Raden Sosrodiningrat, membeli sebuah mobil Daimler.
Tak hanya itu, seorang anak Bupati Brebes, Raden Mas Ario Tjondro, membeli sebuah mobil Orient Backboard pada tahun 1904. Tren pembelian mobil pada pasa itu juga sampai ke wilayah Ternate. Dilansir dari Liputan6.com, pada tahun 1913 Sultan Ternate juga memesan sebuah mobil roda empat.
Sumber Tulisan : Merdeka
Previous article
Next article
Belum ada Komentar
Posting Komentar