Opini
Asal Mula Hajar Aswad yang Disebut Batu Surga dan Sejarahnya
Oleh : Anatasia Anjani
Jakarta - Hajar Aswad adalah jenis bebatuan yang mengkilap dan tidak rata. Batu ini bewarna hitam kemerah-merahan. Selain itu juga terdapat bercak kuning. Hajar Aswad merupakan batu sejenis meteor.
Menurut hadist riwayat Tirmidzi, Hajar Aswad adalah batu-batuan dari surga. Ada juga yang menyebut Hajar Aswad merupakan batu vulkanik.
Batu hitam ini tentu saja dikenal baik oleh sebagian besar umat Islam. Khususnya untuk para Jemaah haji. Batu ini juga memiliki sejarah yang cukup penting dalam perkembangan Islam.
Melansir dari laman CNN Indonesia, Hajar Aswad dibawa dari surga dan dipersembahkan khusus untuk Nabi Ibrahim dan ditempatkan di sudut Ka'bah.
"Batu hitam turun dari surga dan itu lebih putih dari susu, tetapi dosa anak-anak Adam mengubahnya menjadi hitam." (HR Tirmidzi).
Menurut sejarah lain, Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk membangun Ka'bah yang merupakan tempat ibadah pertama yang dibangun di dunia.
Dalam kitab, Qishash al-Anbiyaa', Ibnu Katsir menyebutkan Nabi Ibrahim menemukan satu ruang kosong untuk menutupi tembok. Ruang kosong itu ditemukan saat pembangunan Ka'bah hampir selesai.
Lalu, Nabi Ibrahim meminta anaknya yaitu Nabi Ismail AS untuk mencari batu guna menutupi ruang kosong tersebut. Ismail pun berkelana mencari batu.
Saat di perjalanan Nabi Ismail bertemu dengan Malaikat Jibril. Jibril memberikan sebuah batu hitam (Hajar Aswad) yang paling bagus. Ismail lalu menerima batu tersebut dengan senang hati dan menceritakan kepada ayahnya.
Ibrahim bertanya pada putranya, "Dari mana kamu peroleh batu ini?" Ismail menjawab, "Batu ini aku dapat dari yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu."
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mencium batu tersebut. Dari situlah, banyak umat Islam yang menjalankan ibadah haji dan berharap dapat mencium batu yang terletak di sudut timur Ka'bah tersebut.
Kisah Nabi Muhammad SAW dan Hajar Aswad
Nabi Muhammad SAW juga memiliki kisah dengan Hajar Aswad. Menurut buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW: dari Sebelum Masa Kenabian hingga Sesudahnya karya Abdurrahman bin Abdul Karim, Nabi Muhammad SAW terlibat dalam renovasi Ka'bah.
Awal mulanya, saat Muhammad berumur 35 tahun terjadi banjir bandang yang merobohkan dinding Ka'bah. Sebelum itu, dinding Ka'bah rusak karena terbakar.
Kabilah Quraisy merasa perlu untuk membangun kembali Ka'bah. Untuk merenovasi Ka'bah harus dibongkar terlebih dahulu.
Bersama pamannya, Abbas, Muhammad ikut mengangkat bebatuan saat merenovasi Ka'bah. Sedangkan untuk urusan pembangunan, diserahkan kepada seorang arsitek berkebangsaan Romawi bernama Baqum.
Mereka kemudian membangun dinding sederhana sebagai tanda dinding tersebut adalah bagian dari Ka'bah. Bagian ini dikenal dengan nama Hijr Ismail atau Al-Hathim.
Ketika pembangunan sampai bagian Hajar Aswad, setiap pembesar kabilah berkeinginan untuk meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya. Maka terjadilah pertengkaran dan perselisihan di antara mereka.
Pertengkaran tersebut terjadi selama 4-5 hari, dan hampir saja memicu pertumpahan darah di Tanah Suci. Pertengkaran tersebut kemudian dihentikan oleh Abu Umaiyah ibnu al-Mughirah al-Makhzummi mengusulkan agar orang yang berhak meletakkan Hajar Aswad adalah orang pertama di antara mereka yang masuk Ka'bah dari pintu masjid (pintu Bani Syaibah).
Takdir Allah SWT menetapkan orang pertama yang masuk Ka'bah adalah Muhammad SAW. Saat itu, orang-orang percaya Muhammad sebagai Al-Amin yaitu orang yang terpercaya.
Keistimewaan Mencium Hajar Aswad
Ketika umat Islam melakukan thawaf saat ibadah haji, umat Islam disunnahkan mencium Hajar Aswad atau mengangkat tangan (istilam) ke arahnya.
Menurut buku Tapak Sejarah Seputar Mekah-Madinah karya Muslim H. Nasution, disebutkan bahwa di hari kiamat, Hajar Aswad akan memberikan kesaksian terhadap orang-orang yang melakukan istilam terhadapnya. Maka dari itu, bagi orang yang mencium ataupun mengangkat Hajar Aswad, maka orang tersebut akan diberi syafaat di hari kiamat.
Meskipun dinilai istimewa bagi yang dapat menciumnya, tapi perlu diingat ya bahwa hukum mencium Hajar Aswad adalah sunnah. Sehingga tidak perlu memaksakan diri untuk berdesak-desakan mencium Hajar Aswad saat melakukan ibadah haji.
Sebagaimana riwayat Umar Bin Khattab ketika mencium Hajar Aswad, bahwa dirinya menciumnya semata karena dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
إِنِّى لأُقَبِّلُكَ وَإِنِّى أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ وَأَنَّكَ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ وَلَوْلاَ أَنِّى رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَبَّلَكَ مَا قَبَّلْتُكَ
Artinya: "Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak bisa memberikan mudhorot (bahaya), tidak bisa pula mendatangkan manfaat. Seandainya bukan karena aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menciummu, maka aku tidak akan menciummu." (HR Muslim).
Demikianlah kisah mengenai Hajar Aswad. Sungguh menakjubkan ya Sahabat Hikmah. (atj/lus)
Dikutip dari detikedu
Previous article
Next article
Belum ada Komentar
Posting Komentar