Dibalik Penerbitan Prangko ada Kisah Unik

    Surat Pos tempo dulu (doc.)

Jauh sebelum internet dan aplikasi perpesanan mewarnai hari-hari kita, berkirim surat menjadi pilihan utama untuk dapat melakukan komunikasi jarak jauh. Pada umumnya, surat ditulis di atas secarik kertas, lalu dimasukkan ke dalam sebuah amplop yang dibubuhi prangko. 

Nah, apa sih ini?
Prangko pada dasarnya adalah secarik kertas bergambar yang diterbitkan oleh pemerintah, dimana pada bagian belakang umumnya memiliki perekat, sedangkan pada bagian depan memuat suatu harga tertentu yang dimaksudkan untuk direkatkan pada kiriman pos.

Dengan menempelkan prangko pada sepucuk surat, berarti biaya pengiriman surat tersebut telah dilunasi oleh pengirim surat, dan sebagai imbalannya pos pun berkewajiban untuk menyampaikan surat tersebut kepada alamat yang dituju.

Singkat cerita, prangko berfungsi sebagai alat ganti bayar jasa pengiriman. Dimana, semakin jauh tujuan pengiriman surat, maka nilai yang tercantum disana pun semakin besar. So, jangan heran jika kamu mungkin pernah melihat sebuah amplop surat dibubuhi begitu banyak prangko. Kemungkinan, tujuannya jauh.

Dibalik Penerbitan Prangko

Melansir Wikipedia, kisah timbulnya gagasan untuk menerbitkan prangko dicetuskan oleh Sir Rowland Hill, dengan alasan yang bisa dikatakan cukup menarik.

Suatu ketika, Rowland melhat seorang pengantar (surat) menyerahkan sepucuk surat kepada seorang gadis. Tak lama setelah mengamati dengan teliti, gadis itu pun segera mengembalikan surat kepada pengantar pos dan menolak melunasi biaya pengiriman surat dengan alasan ia tidak punya uang.

Sir Rowland Hill mendekati gadis itu seraya menanyakan alasan penolakan sang gadis. Jawaban gadis itu ternyata cukup mengejutkan. Surat yang ternyata datang dari kekasihnya itu memuat beberapa tanda/kode yang hanya diketahui oleh mereka berdua. Tanpa harus membuka surat itu pun gadis tersebut telah tahu apa sebenarnya maksud/isi surat. Jadi, buat apa ia harus susah-susah membayar ongkos kirim surat.

Hal ini membuat Sir Rowland gusar. Karena jika hal tersebut dibiarkan dan terus terjadi, betapa ruginya dinas pos. Lantas, bagaimana nasib para karyawan yang bekerja didalamnya? Dari sini, ide untuk menggunakan secarik kertas sebagai alat ganti bayar, muncul.

Prangko dan surat

Kegiatan surat-menyurat dan sistem perposan sendiri sebenarnya sudah dikenal sebelum prangko ada. Namun, itu semakin populer setelahnya.

Sejarah mencatat, Inggris menjadi negara pertama yang memperkenalkan prangko, tepatnya pada tanggal 1 Mei 1840 oleh Rowland Hill. Maka, tak heran jika sampai sekarang negara ini mendapat perlakuan khusus, dengan menjadi satu-satunya negara yang tidak perlu mencantumkan nama negara di atas prangko.

Setelah itu beberapa negara lainnya seperti Swiss, Mauritius, Prancis, Bavaria, Amerika Serikat, dan Brasil mengikuti. Tak terkecuali Indonesia, yang saat itu masih berada di bawah Hindia Belanda.

Pada tanggal 1 April 1864, pemerintah Hindia Belanda yang waktu itu menguasai seluruh Nusantara menerbitkan prangko pertama kali. Adapun warnanya kala itu merah anggur dengan harga nominal 10 sen dan menampilkan gambar Raja Willem III.

Di Indonesia, perkumpulan bagi para pengumpul prangko muncul tanggal 29 Maret 1922, hinga kini diberi nama Perkumpulan Filatelis Indonesia.

Dikutip dari Blog  -  Kelaspintar.id
Previous article
Next article

Belum ada Komentar

Posting Komentar

Ads Atas Artikel

Ads Tengah Artikel 1

Ads Tengah Artikel 2

Ads Bawah Artikel