Opini
Nabi Khidir Dan Asmaul Mahbunin
Oleh : Dimas IP di FP Syair Sufi
Dikisahkan pada suatu hari Nabi Khidir memohon kepada Allah Ta'ala agar diberitahu tentang Asmaul Muhibbin (nama para pecinta sejati), kemudian Allah menurunkan kertas bercahaya di mana tercatat nama-nama para pecinta Allah.
Beberapa hari kemudian Nabi khidir masuk sebuah masjid, dan beliau melihat ada seorang Ulama yang namanya masuk nominasi Asmaul Muhibbin sedang memberikan kajian Islam dihadapan orang banyak.
Tidak jauh dari majelis ilmu tersebut, Nabi khidir melihat ada satu orang sedang diam termenung yang berada disudut masjid, lantas Nabi khidir menghampirinya dan berkata: "Mari kita ikuti majelis ta'lim yang di sampaikan oleh Ulama itu."
Orang itu menjawab: "Tinggalkan diriku disini, jangan ganggu urusanku."
Mendengar jawaban orang itu, lagi-lagi Nabi Khidir mengajak orang itu dan orang itu menolak ajakan itu untuk yang kedua kalinya sambil berkata: "Bila sekali lagi kau paksa aku untuk hadir ke majelis ta'lim kepada Ulama itu, maka aku akan umumkan kepada mereka bahwa kamu adalah Al-Khidir (Nabi khidir)."
Tiba-tiba Nabi Khidir terheran-heran, dalam hati terbesit pertanyaan: "Bagaimana bisa orang yang namanya dicatat sebagai Muhibbin (para kekasih Allah) tidak dapat mengenal diriku, sedangkan orang yang namanya tidak tercatat justru benar2 mengenaliku?"
Kemudian Nabi Khidir bertanya kepada Allah, mengapa bisa begitu Ya Allah.
Allah menjawab: "Wahai Khidir, yang kau minta adalah diberitahu catatan nama-nama Al-Muhibbin dan Aku tidak memberitahu kepadamu Asmaul Mahbubin (orang-orang yang dicintai), ketahuilah bahwa orang itu bagian dari Al-Mahbubin."
Sungguh sangat berbeda, antara maqom Al-Muhibbin dan Al-Mahbubin, sebagaimana maqom At-Thalib (meminta) dan Al-Mathlub (yang diberi tanpa meminta).
Previous article
Next article
Belum ada Komentar
Posting Komentar