Kajian
Perbudakan Ukraina Oleh Kekhalifahan Utsmaniyah Ottoman
. Periode 800 ~ 1300.
Perbudakan di wilayah Ukraina sudah ada sejak abad ke 9. Gerombolan Magyar (Hongaria) memperbudak orang-orang Slavia dan menjualnya di kota-kota pesisir Laut Hitam kepada pembeli Yunani.
Catatan para musafir Arab, sejak abad ke 10 - 13 banyak budak dikirim dari Kievan Rus (Kerajaan di Ukraina saat itu) melalui kota-kota Laut Hitam ke : Byzantium, Spanyol, Turkestan, dan Negara-negara Arab.
Ada alun-alundi Konstantinopel tempat para pedagang Kievan Rus menjual budak.
Budak diambil terutama dari : Tawanan perang, Orang yang lahir di penangkaran atau Menikah dengan budak, dan Mereka yang bersalah karena kejahatan.
Ruskaia Pravda (undang-undang kerajaan Kievan Rus) menetapkan : budak tidak diberikan perlindungan hukum. Budak boleh diperlakukan sebagai milik pribadi turun temurun.
Namun demikian perbudakan di Kievan Rus (Ukraina) tetap relatif manusiawi, karena pengaruh agama Kristen dan Gereja. Dalam keadaan tertentu, budak bisa dibebaskan, dan mereka juga bisa memiliki properti.
Kerajaan Kievan Rus berakhir pada abad ke 12.
Periode 1300 ~ 1920. Pada era Kekhalifahan Utsmaniyah Ottoman, bentuk perbudakannya beda lagi...
Sumber utama budak-budak Kekhalifahan Utsmaniah Ottoman adalah serangan cari budak (perang untuk tujuan memperbudak yang diperangi) di : Eropa Selatan, Eropa Timur (termasuk Ukraina), Balkan, dan Kaukasus.
Bagi orang-orang Ukraina pada era Kekhalifahan Utsmaniyah Ottoman, ancaman perbudakan terbesar adalah ditangkap oleh suku Tatar Krinea untuk dijual di pasar budak Kekhalifahan Utsmaniyah Ottoman.
Selama lebih dari 3 abad (1468-1769), militer Tatar Krimea (Ukraina Selatan) dan Nogai Horde (sebelah Timur Pegunungan Kaukasus) melakukan serangan cari budak di wilayah : Ukraina, Rusia, Polandia, Lithuania, serta Wilayah-wilayah sekitarnya.
Pada periode tersebut, sebanyak ± 2,5 juta budak diperjual belikan di pasar budak Krimea. Ukraine dan sekitarnya rata-rata kehilangan 20.000 orang per tahun. Dari 20.000 orang tersebut, sebagian besar mati dalam peperangan, dan hanya sebagian kecil yang selamat yang dijadikan budak.
Para orang-orang tua dan orang-orang lemah, yang tidak bernilai budak, akan diserahkan kepada pemuda Tatar untuk : Dilempari batu, atau Dibuang ke laut, atau Dibunuh.
Sadis....!!
Para budak tersebut. sebagian besar diekspor ke pasar budak Kekhalifahan Utsmaniyah Ottoman di Konstantinooel dan sebagian kecil di eksport ke tempat lain di Timur Tengah. Sebagai gambaran, di Konstantinopel, pusat Kekhalifahan Utsmaniyah Ottoman, ± 20% dari populasi nya adalah budak.
Serangan cari budak itu menghancurkan sumber daya manusia dan ekonomi di wilayah sasaran (Eropa timur). Mereka sebagian besar petani yang mendiami padang rumput yang membentang dari sekitar seratus mil di selatan Moskow hingga Laut Hitam, yang saat ini sebagian besar wilayah Ukraina dan sebagian kecil wilayah RUSIA.
Target perang cari budak adalah : Stepa (padang rumput) di Eurasia selatan yang datar, dan Sebagian besar masyarakat petani yang nomaden.
Mereka adalah sasaran empuk buat mendapatkan budak. Dengan bermodal tombak, busur, anak panah dan pedang, para perampok Tatar Krimea dapat melintasi padang rumput tanpa pegunungan penghalang. Lalu mereka menyerang desa-desa dan kemudian pergi dengan mendapatkan budak.
Perang dan perdagangan budak terbukti lebih menguntungkan daripada Perdagangan Tradisional.
Pasar budak utama berada di Caffa (kota Pelabuhan di Krimea) yang dimiliki Kekaisaran Utsmaniyah Ottoman. Kota ini memiliki artileri dan garnisun yang kuat.
Di sini, para budak dari segala usia, sebagian besar Dipajang Telanjang agar bisa diperiksa oleh calon pembeli.
Harga budak ditentukan oleh beberapa faktor berikut ini :usia, kesehatan, postur tubuh, warna kulit, keperawanan, dll
Harga budak pada tahun 1717 : anak laki-laki berusia 12 tahun dengan cacat mental dijual setara dengan : 462 kg daging domba, atau 933 kg roti, atau 1.385 l liter susu.
Jadi konversi harga pada saat itu adalah :
1 kg daging domba = 2 kg roti = 3 liter susu
Pada tahun 1671 seorang budak wanita dijual setara dengan 1 rumah besar 2 lantai.
Ada Pajak-pajak impor dan penjualan budak yang harus dibayar pada Kekhilafahan UTSMANIYAH Ottoman. Salah satunya adalah pajak "Pencik".
Pencik berarti "20%".
Pajak ini didasarkan pada ayat-ayat Al- Qur'an (Ref no.5), yang menyatakan bahwa 20% harta rampasan perang adalah Milik Allah, Milik Nabi dan keluarganya, Milik anak yatim, Milik dhuafa dan Milik musafir.
Kota Caffa digambarkan sebagai : Kota tanpa hukum.Kualitas makanannya buruk. Kualitas airnya buruk. Kualitas pakaiannya buruk, dan Kualitas tempat tinggalnya juga buruk. Pekerjaan para budak melelahkan, dan Sering terjadi pelecehan seksual.
Budak yang lebih kuat dikebiri. Mungkin untuk menghindari lahirnya bayi-bayi dari sperma budak dari rahim tuannya. Budak-budak yang lainnya dipotong hidung, atau telinganya, dan dicap di dahi atau pipinya.
Bak hewan ternak saja..
Pada siang hari para Budak disiksa dengan Kerja Paksa. Pada malam hari mereka ditempatkan di ruang bawah tanah.
Budak juga bisa : Disewakan, Diwariskan,
Digadaikan, Ditukar atau Diberikan sebagai hadiah.
Pasukan Budak
DevÅŸirme bisa diartikan sebagai "Pajak Darah" atau "Retribusi Anak".
Ini adalah praktik Kekhalifahan Utsmaniyah Ottoman yang merekrut Tentara dan Birokrat secara paksa dari anak-anak warga Kristen Balkan yang dipaksa di Islamkan.
Dengan cara ini, pada 1609, pasukan Budak Kekhalifahan Utsmaniyah Ottoman meningkat menjadi sekitar 100.000 orang.
Perbudakan Seksual adalah bagian sentral dari sistem budak Kekhalifahan Utsmaniyah Ottoman. Selir-selir utama Sultan Ottoman diambil dari budak-budak yang dibeli, yang pada umumnya berasal dari Kristen Eropa.
Pada abad ke 15 dan 16, Sultan menyimpan banyak budak gadis sebagai selirnya. Sultan akan menggauli selir di Istana selama 2 bulan.
Jika budak selir hamil, sultan dapat mengambilnya sebagai istri.
Jika budak selir tidak hamil, maka budak akan diberikan pada salah satu pria perwira Sultan.
Di Kekhalifahan Utsnaniyah Ottoman, budak-budak wanita bebas digauli oleh pria pemiliknya.
Selir-selir Sultan diawasi oleh budak Kasim, budak laki-laki yang bertugas mengawasi para Selir. Gereja Ortodoks Koptik ikut berpartisipasi dalam perdagangan budak Kasim. Pendeta Koptik memotong Penis dan Testis budak Kasim-kasim yang masih berusia sekitar 8 tahun.
Barangkali dimaksudkan agar para Kasim pengawas selir-selir ini tidak bisa berhubungan intim dengan para selir. Sadis banget yhah..? Anak-anak Kasim itu kemudian dijual di Kekhalifahan Utsmaniyah Ottoman.
Praktik Perbudakan di Kekhalifahan Ursmaniyah Ottoman terus berlanjut hingga awal abad ke 20. Sampai akhir tahun 1908, budak wanita masih diperdagangkan di Kekhalifahan Utsmaniyah Ottoman.
Renungan :
Pada periode tersebut, kita sedang dalam penguasaan Belanda. Kalau kita bandingkan nasib bangsa kita dengan bangsa Ukraine, maka Bangsa Ukraine jauh lebih sengsara dari bangsa kita.
VOC memang banyak membeli budak. Tidak terkecuali Budak-budak dari Indonesia, meskipun relatif sedikit sekali. Budak-budak asal Indonesia yang dari Sulawesi dan dari Bali itu asalnya dari : Perang saudara antar kerajaan lokal. Pasukan raja yang kalah akan ditawan. Perolehan tawanan tentara musuh akan dijual ke VOC sebagai budak.
Jadi budak pribumi Indonesia tidak sengaja diburu seperti yang dilakukan Kekhalifahan Utsmaniyah Ottoman yang memanfaatkan Tatar Krimea untuk selalu berburu budak di sekitar Ukraina.
Belanda relatif masih jauh lebih baik dari Kekhalifahan Utsmaniyah Ottoman.
Previous article
Next article
Belum ada Komentar
Posting Komentar