Opini
Transmigrasi Buah dari Sinergi Cemerlang Sang Dwi Proklamator
Oleh : Ir. H. Sunu Pramono Budi, MM
Pengalaman keluar masuk penjara karena memperjuangkan kemerdekaan itu makin meneguhkan kecintaan Bung Karno kepada negerinya, Indonesia. Jauh sebelum merdeka, tahun 1927 melalui koran (dagblaad) Soeloeh Indonesia Soekarno mengenalkan istilah transmigrasi.
Negeri dengan multi agama, suku, bahasa, dan budaya yang kala itu masih terjajah, sangat rentan diadu domba. Maka kelak, jika negeri ini merdeka, transmigrasilah cara untuk mempersatukan dan menjaga kedaulatannya. Alhamdulillah, pada 17/08/1945 Indonesia Merdeka. Sehingga pada 12/12/1950 dimulailah Transmigrasi, yang sebelumnya (1905) bernama kolonisasi.
Ketika pidato pada Musyawarah Gerakan Transmigrasi 28/12/1964 di Gelora Senayan, Bung Karno yang telah mempunyai bukti empiris menyatakan, bahwa transmigrasi adalah suatu cara menjaga kedaulatan negara. Sehingga dengan lantang Sang Proklamator menegaskan kembali bahwa; Transmigrasi adalah soal mati-hidup bangsa Indonesia.
Namun, bagaimana praktek mempertahankan kedaulatan dan mengisi kemerdekaan melalui transmigrasi itu? Bung Hatta, Wakil Presiden saat itu yang juga Proklamator mengatakan, transmigrasi harus dikaitkan dengan industrialisasi di luar Jawa. Karena dengan adanya pengembangan industri di luar Jawa akan mendorong bangkitnya perekonomian. Ide cemerlangnya itu disampaikan ketika Rapat Panitia Pemikir Siasat Ekonomi di Kaliurang, Yogyakarta, 3 Februari 1946.
Maka dari dua gagasan itu lengkaplah sinergi dua proklamator dalam menjabarkan pentingnya transmigrasi. Transmigrasi bukan saja penting untuk menjaga Kedaulatan (soverignty), tetapi juga sekaligus untuk mewujudkan Kesejahteraan (prosperity) bagi rakyatnya.
Hasil sinergi gagasan dua negarawan itu tak mungkin dilupakan begitu saja. Karena dari sinergi antara politikus ulung dengan ahli ekonomi kerakyatan itu, telah melahirkan transmigrasi dengan berbagai karya besarnya.
Ketika Pak Harto menjadi Presiden (1967-1997), transmigrasi diimplementasikan secara besar-besaran. PELITA dan Tri Logi Pembangunan. Karena itu, tak ada keraguan lagi, bahwa transmigrasi adalah anak kandung perjuangan bangsa Indonesia.
Previous article
Next article
Belum ada Komentar
Posting Komentar