Budaya
Keunikan Masjid Tertua di Indonesia, Kidung Jawa hingga Kera Berkeliaran
PURWOKERTO — Ada beberapa keunikan dari Masjid Saka Tunggal, yang dipercaya sebagai masjid tertua di Indonesia.
Keunikan masjid yang berlokasi di Desa Cakakan, Kecamatan Wangon, Banyumas, Jawa Tengah ini, bisa dilihat dari bangunan dan juga tradisinya.
Keunikan pertama dari masjid ini adalah kerap ditemukan kera-kera yang berkeliaran bebas di sekitar masjid yang berada di tengah pedesaan ini.
Kemudian, keunikan Masjid Saka Tunggal juga terlihat dari bangunannya. Hal ini dikarenakan adanya saka tunggal yang berada di tengah bangunan utama masjid.
Selain itu, atap dari masjid ini masih menggunakan ijuk dan bagian dindingnya menggunakan anyaman bambu.
Bukan hanya bangunannya saja, Masjid Saka Tunggal juga memiliki tradisi yang unik, yakni zikir dengan lantunan kidung Jawa.
Khusus pada Jumat, akan ada zikir dan salawat yang bernada seperti melantunkan kidung Jawa. Lantunan zikir antara Jawa dan Arab ini disebut dengan ura-ura. Khutbah salat Jumat juga disampaikan seperti sebuah kidung. Dalam KBBI kidung, diartikan sebagai syair yang dinyanyikan.
Ada yang unik lagi dari Masjid Saka Tunggal. Muazin masjid ini tidak menggunakan peci layaknya umat muslim lainnya. Mereka menggunakan udeng atau pengikat kepala saat bertugas.
Di masjid terdapat ritual yang sering dilakukan oleh seluruh warga Desa Cikakak, yaitu Ritual Jaro Rajapine. Ritual ini mengganti pagar bumbu keliling Masjid Saka Tunggal yang digelar pada bulan ajab. Saat membuat pagar, ada beberapa pantangan yang harus ditaati, di antaranya: warga dilarang berbicara dengan suara keras dan tidak boleh menggunakan alas kaki.
Tradisi Ganti Jaro Rajab ini bagi warga di sini adalah untuk memupuk kebersamaan dan dipercaya bisa menghilangkan sifat jahat dari diri manusia. Ritual ganti Jaro ini kemudian diakhiri dengan prosesi arak arakan 5 gulungan yang berisi nasi tumpeng yang kemudian diperebutkan warga karena dipercaya bisa memberikan berkah.
Sejak 1965, masjid tertua di Indonesia ini telah mengalami dua kali pemugaran tanpa mengubah arsitektur masjid. Kayu yang disebut saka di tengah masjid juga masih berdiri kokoh.
Dikutip dari Solopos.com
Previous article
Next article
Belum ada Komentar
Posting Komentar